Pembelajaran Keliling dan Luas Segitiga di Kelas IV SD dengan Pendekatan PMRI

LAPORAN OBSERVASI DI SD XAVERIUS I PALEMBANG (LAPORAN KE-6)

KELILING DAN LUAS SEGITIGA

PENGANTAR

Segitiga merupakan salah satu bentuk bangun datar yang dijarakan di kelas III dan IV SD. Di kelas III SD siswa telah mengenal jenis-jenis bangun datar dan sifat-sifatnya. Untuk segitiga, siswa juga telah mengetahui jenis-jenis segitiga. Di kelas IV siswa akan belajar tentang bagaimana menentukan keliling dan luas segitiga. Pada observasi ini, untuk menentukan keliling dan luas segitiga akan digunakan media berupa tali rafia yang penggunaannya berdasarkan prinsip “tali mesir” (sebuah metode yang dapat digunakan untuk menentukan keliling dan luas bangun datar).

TUJUAN

Tujuan dari observasi ini adalah untuk membantu siswa dalam memahami konsep keliling dan luas segitiga melalui penggunaan tali rafia yang menggunakan prinsip dasar “tali mesir” serta pemberian soal-soal terkait aplikasi keliling dan luas segitiga.

PERTANYAAN OBSERVASI

Apakah media yang digunakan pada observasi ini serta soal-soal yang diberikan bisa membantu siswa dalam memahami konsep keliling dan luas segitiga?

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada pembelajaran tentang keliling dan luas segitiga, guru kelas bekerja sama dengan observer. Di awal pembelajaran guru kelas memberikan penjelasan bagaimana menghitung keliling dan luas segitiga. Untuk menentukan keliling segitiga siswa dengan cepat memahaminya karena dari pelajaran penentuan keliling bangun ruang yang lain yang telah mereka pelajari (seperti persegi dan persegi panjang), siswa telah mengerti bahwa keliling diperoleh dengan menjumlahkan seluruh sisi. Untuk menghitung luas segitiga, guru kelas mengaitkannya dengan luas persegi dan persegi panjang. Luas segitiga dapat diperoleh dengan menghitung luas persegi atau persegi panjang dibagi dua. Untuk hal ini siswa juga lebih mudah memahaminya.

Pembelajaran dikelas dilanjutkan oleh observer. Pada kesempatan ini, observer menggunakan tali rafia sebagai media untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam menentukan keliling dan luas segitiga yang diawali dengan mengetahui satuan unit pada sisi-sisi segitiga. Tali rafia yang telah dipotong sepanjang 1 meter dibagikan kepada masing-masing kelompok. Dengan tali rafia tersebut setiap kelompok diperintahkan untuk membuat 12  sisi yang sama panjang dengan pembatasnya berupa simpul-simpul.

Semua siswa bisa membuat simpul sebagaimana yang dicontohkan akan tetapi sebagian besar mereka tampak kesulitan dalam membaginya menjadi 12 bagian. Ada kelompok yang telah berfikir bahwa 12 bagian dapat diperoleh dengan melipat tali rafia yang ada menjadi 12 bagian. Tapi kelompok ini juga masih ragu apakah yang dilakukannya benar. Adapun kebanyakan kelompok yang lain, mereka membuat simpul dari sisi ujung tanpa melakukan pembagian agar sisinya sama panjang. Sehingga hasilnya adalah ada yang bisa membentuk beberapa simpul tapi belum mencapai 12 sisi tali rafia sudah habis. Kelompok yang lain ada yang telah membentuk 12 sisi dan sisi yang terakhir masih tersisa cukup panjang dan berbeda dengan sisi yang lain.

Untuk membantu siswa menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi, observer memberikan contoh di papan tulis dengan menggambarkan sebuah garis. Garis tersebut berfungsi seolah-olah seperti tali rafia. Siswa diarahkan tentang bagaimana agar sebuah garis tersebut dapat dibentuk menjadi 12 bagian. Mula-mula siswa diminta untuk menentukan bagaimana agar sebuah garis menjadi 2 bagian, kemudian menjadi 4 bagian, kemudian 6 bagian dan selanjutnya 12 bagian. Dari pengarahan ini siswa mulai mengerti bahwa untuk membuat 12 sisi yang sama panjang dibutuhkan 12 simpul dan untuk mendapatkan bagian yang sama diawali dengan melakukan proses pembagian tali rafia tersebut. Akhirnya dengan bimbingan dari guru kelas dan pengobservasi sebagian besar kelompok bisa menyelesaikan pembentukan tali rafia menjadi 12 bagian.

Dari tali rafia yang telah dibentuk menjadi 12 bagian, siswa diperintahkan untuk membentuk segitiga yang sisi-sisinya terserah mereka. Berikut ini gambar yang menunjukkan hasil kerja siswa. Selanjutnya mereka diperintahkan untuk menghitung keliling dan luas segitiga yang telah mereka bentuk. Dalam hal ini mereka tidak mengalami kesulitan. Masing-masing kelompok bisa membentuk berbagai variasi segitiga, seperti segitiga siku-siku, sama kaki,dan segitiga sembarang dengan berbagai variasi sisinya pula. Berikut ini gambar hasil pengerjaan siswa dari segitiga-segitiga yang bisa mereka bentuk serta langkah perhitungan keliling dan luas segitiga tersebut.

Menjelang akhir pembelajaran,siswa diberikan soal-soal kontekstual terkait penggunaan segitiga. Banyak kelompok yang masih kesulitan memahami soal cerita yang ada. Dari hasil diskusi dengan guru kelas, mereka memang kurang terbiasa menyelesaikan soal-soal kontekstual. Sehingga mereka membutuhkan penjelasan apa yang dimaksud dari soalnya. Ketika mereka mengerti maksud soalnya, dengan cepat mereka dapat melakukan perhitungannya. Berikut ini beberapa gambar dari soal dan jawaban siswa.

Dalam menjawab soal pertama, jawaban siswa kurang beragam, hanya terletak pada langkah pengerjaan mengitung luas segitiga. Seluruh kelompok dapat menjawab dengan benar soal no 1. Untuk soal no 2, hanya ada beberapa kelomok yang mendapat jawaban yang benar. Ketika ditanyakan mengapa mereka tidak dapat menyelesaikan soal, mereka berkata bahwa mereka tidak bisa memahami maksud soal, dalam hal ini soal yang diberikan adalah soal cerita yang ada kaitannya dengan menghitung keliling persegi panjang. Sebagian siswa ada yang lupa bagaimana cara menghitung keliling persegi panjang. Untuk penyelesaian permasalah no 3, hanya sebgian kecil kelompok yang menjawab kurang tepat, hal ini disebabkan mereka lupa membagi dua hasil yang diperoleh sesuai dengan aturan luas segitiga. Namun, rata-rata siswa telah mampu menyelesaikan seluruh soal dengan baik.

Setelah selesai mengerjakan soal-soal dalam kelompoknya, perwakilan dari beberapa kelompok menuliskan di papan tulis jawaban mereka dan mencoba menjelaskan hasil yang mereka dapatkan kepada temannya yang lain. Dalam hal ini, siswa butuh dimotivasi karena mereka masih agak malu-malu dan bingung bagaimana menjelaskannya. Walaupun begitu, siswa-siswa yang lain dalam kelas terlihat menghargai dan tidak membuat keributan. Berikut ini gambar seorang siswa yang sedang menjelaskan jawabannya di depan kelas.

KESIMPULAN

Untuk menghitung keliling dan luas segitiga, dari rumus yang ada siswa di kelas IV SD Xaverius I Palembang dapat memahaminya dengan cepat. Jika mereka diberikan soal-soal yang sisi-nya diketahui dengan jelas, mereka dapat melakukan perhitungan dengan cepat. Akan tetapi ketika mereka diberikan soal-soal kontekstual, banyak dari mereka yang masih kesulitan dalam memahami maksud soal, hal ini salah satunya karena mereka belum terbiasa dengan tipe soal tersebut. Terkait penggunaan tali rafia yang menggunakan prinsip dasar “tali mesir”, dari hasil observasi, media ini bisa membantu siswa dalam memahami satuan unit dari sisi-sisi pada segitiga dan menentukan keliling serta luasnya.

Pembelajaran Satuan Berat di Kelas IV SD dengan Pendekatan PMRI

LAPORAN OBSERVASI DI SD XAVERIUS I PALEMBANG (LAPORAN KE-5)

SATUAN BERAT

PENGANTAR

Materi pelajaran satuan berat di kelas IV SD merupakan rangkaian materi dari materi-materi pengukuran seperti satuan panjang, satuan waktu, dan lain lain. Dalam kehidupan sehari-hari siswa telah mengenal penggunaan satuan berat seperti ketika mereka melakukan pemeriksaan kesehatan di sekolah atau di tempat-tempat pemeriksaan kesehatan yang lain. Pada saat pemeriksaan kesehatan tersebut, salah satu hal yang dilakukan adalah pengukuran berat badan. Mereka juga telah familiar dengan penggunaan satuan berat untuk menentukan berat suatu benda atau bahan-bahan kebutuhan sehari-hari ketika mereka berbelanja di toko, misalnya berat buah dll. Untuk meningkatkan pemahaman siswa terkait satuan berat, pada observasi kelas yang diadakan pada kesempatan kali ini, siswa akan dikenalkan kembali tentang alat-alat yang bisa digunakan untuk mengukur berat. Selain itu mereka juga akan diberikan soal-soal kontekstual terkait penggunaan satuan berat dengan sebelumnya mereka akan diajarkan tentang konversi satuan berat. Pada observasi kali ini siswa tidak langsung dikenalkan dengan unit pengukuran untuk satuan berat, tetapi diawali dengan penanaman pemahaman tentang perbandingan berat dua buah benda, apakah beratnya sama, lebih berat atau lebih ringan.

TUJUAN

Tujuan dari observasi ini adalah untuk mengetahui pemahaman siswa terkait satuan berat dengan menggunakan alat ukur satuan berat dan pemberian soal-soal kontekstual.

PERTANYAAN OBSERVASI

Apakah alat ukur berat yang digunakan dan soal-soal yang diberikan dapat membantu pemahaman siswa terkait satuan berat?

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada observasi kali ini Septi dan Yeni selaku observer bekerja sama dengan Bapak Wasis, guru kelas IVB SD Xaverius I Palembang. Dalam belajar mengajar tentang satuan berat. Pak Wasis menggunakan timbangan berat badan untuk memperkenalkan alat ukur berat kepada siswa. Setiap siswa maju kedepan kelas untuk diukur berat badannya. Mereka melihat sendiri jarum yang ditunjukkan pada timbangan dengan dibantu pak Wasis untuk memastikan berapakah berat badan mereka. Pada timbangan berat badan yang digunakan, satuan berat yang digunakan adalah kg. Setiap kali siswa selesai mengetahui berat badannya, Pak Wasis menanyakan kepada mereka berapakah berat badan mereka jika satuannya dikonversikan dalam satuan pond dan ons. Seluruh siswa bisa menentukan berat badannya dalam pond dan ons. Perbedaan yang ada hanya pada kecepatan mereka dalam menentukan hasil konversinya. Terkait konversi satuan dari kg ke pon atau ons dan sebaliknya, sebelum pembelajaran ini siswa telah mempelajarinya di kelas. Mereka juga telah belajar perubahan satuan kg ke kwintal dan ton.

Berikut ini beberapa gambar ketika siswa sedang menimbang berat badan mereka di depan kelas:

Setelah seluruh siswa menyelesaikan penimbangan berat badan mereka, pembelajaran di kelas dilanjutkan oleh pengobservasi. Siswa diminta untuk menentukan perbandingan dua buah alat tulis yang mereka miliki, seperti kotak pensil dan buku, buku besar dan kecil, pulpen dan buku, dll. Dari perbandingan ini, mereka bisa memperkirakan mana yang lebih berat, lebih ringan atau beratnya sama. Mereka juga diminta untuk memperkirakan berat dua orang siswa yang telah diminta untuk maju ke depan kelas. Sebagian siswa sebenarnya masih ingat berapa berat badan dua orang yang maju di depan kelas, tetapi dijelaskan kepada mereka bagaimana mereka bisa memperkirakan mana yang lebih berat, lebih ringan atau sama jika mereka belum melakukan penimbangan berat badan sebelumnya. Mereka memperkirakannya dari postur tubuh mereka mana yang lebih gemuk atau kurus. Ketika dipanggil dua orang siswa yang beratnya relative sama, hanya selisih 1 kg, siswa menyampaikan agak kesulitan menentukannya jika tanpa ditimbang. Mereka memperkirakan berat badan mereka sama, tetapi ternyata ada perbedaan. Dari sini, mereka bisa memahami tentang fungsi alat ukur berat yaitu dapat mengetahui secara pasti berapakah berat sesuatu. Berikut ini beberapa gambar ketika siswa diminta untuk memperkirakan berat dua buah alat tulis dan berat dua siswa yang ditunjuk untuk maju ke depan kelas.

Selain menggunakan alat ukur berat berupa timbangan berat badan, siswa juga diperkenalkan tentang alat ukur berat yang lain. Sebelum diperlihatkan melalui gambar macam-macam alat ukur berat, mereka diminta untuk menyebutkan alat ukur berat yang mereka ketahui dan bisanya digunakan untuk mengukur berat apa. Beberapa jawaban siswa adalah, neraca, timbangan bebek, timbangan yang ada di pasar-pasar atau took-toko, timbangan untuk tepung, dll.

Pembelajaran di kelas dilanjutkan penjelasan dari Pak Wasis mengenai konversi satuan dari kg hingga mg. Siswa kemudian diberikan soal-soal kontekstual yang telah disediakan oleh pengobservasi. Berikut ini contoh soal yang diberikan kepada siswa dan hasil jawaban mereka.

Soal yang diberikan adalah berbahasa inggris. Alasan penggunaan soal yang berbahasa Inggris adalah dari permintaan pak Wasis yang ingin melihat bagaimana kecakapan siswa dalam menjawab soal dan membuat inovasi sehingga soal matematika yang diberikan lebih beragam. Pada saat konsultasi dengan pak Wasis, beliau meyakini bahwa siswa-siswa mampu dalam memahami dan mengerjakan soal dalam bentuk bahasa Inggris tapi dalam level bahasa yang sederhana. Saat pelaksaan materi pembelajaran dan pemberian soal, karena ada siswa yang belum begitu lancar pemahaman bahasa Inggrisnya, siswa yang lainnya yang mengerti menerjemahkan maksud soalnya. Soal yang diberikan adalah soal dengan tingkat kesulitan yang beragam. Pada soal no 1 dan no 2 merupakan dua buah soal yang membutuhkan penjumlahan dalam menyelesaikannya. Hal ini tentulah tidak jadi masalah bagi siswa, tapi kami tetap menampilkan soal demikian atas permintaan pak Wasis dan ingin melihat apakah ada kesulitan yang akan dihadapi siswa bila diberikan soal dengan bahasa Inggris dan apakah kecepatan siswa dalam menjawab soal menjadi berkurang. Ternyata dari hasil observasi yang telah kami lakukan, untuk dua soal di awal tersebut, tidak menjadi kendala bagi para siswa. Dari hasil jawaban siswa, ada soal tertentu yang menurut sebagian besar siswa hal itu sulit, contoh soal no 3, no 4 dan no 5. Soal-soal tersebut cukup membuat siswa bingung karena kurang memahami maksud soal. Kemudian soal tersebut dibahas dikelas, dan siswa yang bisa mengerjakannya mencoba menjelaskan kepada teman-temannya yang lain. Akhirnya setelah dijelaskan kebanyakan siswa bisa mengerti. Hanya beberapa siswa yang perlu diajarkan per individu apa yang dimaksud dalam soal. Berikut ini gambar siswa sedang menerangkan jawabannya kepada teman-temannya yang lain di depan kelas.

Dari hasil pekerjaan siswa, dapat dilihat adanya beberapa cara yang digunakan siswa dalam menyelesaikan soal. Misalnya saja soal yang memiliki satuan berat berbeda, siswa cenderung menyelesaikan soal dengan mengkonversi berat sebuah benda ke yang lebih kecil. Selain atrategi jawaban siswa yang beragam untuk tiga nomor terakhir, hal baru yang kami temukan adalah bahwa siswa telah berani bertindak jujur. Karena soal yang dianggap sulit dibahas oleh beberapa orang siswa ke depan, siswa yang lain mengecek pekerjaan mereka dan memperbaikinya dengan memberi tanda salah. Jadi mereka berani mengatakan bahwa apa yang mereka kerjakan salah dan memiliki alasan mengapa kesalahan itu terjadi. Beberapa siswa yang mengalami kendala dalam menyelesaikan soal mengatakan bahwa yang menulitkan bagi mereka adalah sering salah perhitungan, salah konversi ke satuan yang diminta. Sedangkan tentang alasan bahasa, kebayakan siswa berpendapat bahwa bahasa tidak menjadi masalah untuk mereka.

Pada observasi ini, karena waktu pelajaran matematika masih tersedia, siswa diberikan soal tambahan yang dikemas dalam bentuk pertanyaan cepat tepat. Siswa yang bisa menjawab pertanyaan awal yang diberikan oleh observer, dia akan memberikan pertanyaan kepada siswa yang lain, dan siswa yang bisa menjawab dengan benar akan memberikan pertanyaan kepada temannya yang lain lagi. Permainan ini bertujuan untuk mengasah kemampuan mencongak siswa dan secara tidak langsung mengajak siswa untuk berfikir kreatif dan inovatif dalam membuat soal yang akan diberikan pada temannya. Dari aktivitas ini, siswa tampak semangat dan mereka berusaha untuk menjawab setiap pertanyaan dari temannya yang lain dengan cepat dan tepat. Melalui cara ini, siswa juga berpikir bagaimana membuat soal untuk temannya yang lain.

Pada akhir pembelajaran, masing-masing siswa diberikan tugas untuk membuat sebuah soal terkait materi yang dipelajari pada hari itu. Soal tersebut ditulis pada selembar kertas yang mana pembuatnya harus tahu jawabannya. Kemudian soal ditukarkan dengan siswa yang lain yang akan menjawabnya. Ada sebuah soal yang sangat menarik hasil pekerjaan siswa yang muncul seperti pada gambar berikut.

Soal yang dibuat oleh Maureen ini merupakan sebuah soal cerita yang bisa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki beberapa satuan berat yang berbeda. Ketika ditanya bagaimana dia bisa mendapat ide untuk membuat soal semacam ini, ia berkata bahwa ia ingin membuat soal yang banayk ragamnya dari apa yang telah dipelajari. Soal ini kemudian dibacakan di depan kelas sebagai contoh pada siswa lainnya dan dibahas bersama. Dari aktivitas ini, selain meningkatkan pemahaman siswa terkait satuan berat, mereka juga bisa berlatih menurut kreativitas mereka untuk variasi soal yang baik beserta jawabannya. Dari soal-soal yang dibuat siswa terdapat beberapa soal kontekstual yang cukup bagus. Soal tersebut kemudian dikerjakan oleh seluruh siswa di kelas dan dilakukan pembahasan, siswa yang membuat soalnya yang melakukan penilaian apakah jawaban temannya benar atau salah.

KESIMPULAN

Pada pembelajaran satuan berat di kelas IVB SD Xaverius I Palembang, pembelajaran berjalan sesuai  dengan yang diharapkan. Hampir seluruh siswa dapat memahami konsep matematika terkait satuan berat. Alat ukur berat yang digunakan dalam observasi ini, yaitu timbangan berat badan dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa bagaimana mengetahui satuan unit untuk berat serta dapat melakukan konversi satuan. Soal-soal yang diberikan juga dapat digunakan untuk mengukur pemahaman siswa mengenai satuan berat. Dari hasil observasi ini, siswa tidak hanya belajar menjawab soal menurut pemahaman mereka, tetapi juga mereka mampu menjelaskan jawaban mereka si depan kelas serta mampu membuat soal yang mereka juga mengetahui jawabannya untuk dijawab oleh temannya yang lain. Secara keseluruhan, alat ukur berat dan soal-soal yang diberikan dalam pembelajaran satuan berat  di kelas IVB SD Xaverius I Palembang dapat membantu pemahaman siswa tentang materi yang ada.

Memecahkan Masalah Perhitungan yang Berkaitan dengan Uang

LAPORAN OBSERVASI DI SD MUHAMMADIYAH I PALEMBANG (LAPORAN KE-8)

PENGANTAR

Permasalahan terkait uang bagi siswa di kelas III SD telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka. Misalkan terkait penggunaan uang jajan sekolah serta berbagai aktivitas jual beli yang melibatkan uang. Dari hasil diskusi dengan guru kelas III SD Muhammadiyah I Palembang, siswa di kelas tersebut telah memiliki pemahaman yang cukup baik terkait penggunaan uang yang melibatkan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian atau pembagian. Untuk itu pada observasi kali ini, observer akan memberikan soal-soal assessment terkait masalah-masalah dalam kehidupan seharai-hari yang melibatkan uang.

TUJUAN

Tujuan dari observasi ini adalah untuk memberikan soal-soal assessment terkait uang kepada siswa sebagai evaluasi bagaimana pemahaman siswa dalam mengaitkan permasalahan terkait uang dengan operasi hitung matematikannya.

PERTANYAAN OBSERVASI

Apakah soal-soal assessment yang diberikan dapat membantu siswa dalam memahami konsep operasi hitung Matematika dalam penyelesaian masalah terkait uang dalam kehidupan sehari-hari?

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada awal pembelajaran materi terkait dengan uang, siswa ditanya tentang uang jajan yang mereka terima setiap harinya. Setiap siswa diperintahkan untuk menuliskan besarnya uang jajan mereka pada hari itu pada selembar kertas yang mereka miliki. Kemudian mereka diperintahkan untuk memperkirakan barang atau makanan apa saja yang bisa mereka beli dengan uang tersebut dengan menuliskan harga tiap barang atau makanan tersebut. Uang tersebut bisa dihabiskan seluruhnya atau disisakan. Jika disisakan, mereka harus menuliskan berapa sisanya. Dalam hal ini, seluruh siswa tidak mengalami kesulitan. Berikut ini gambar beberapa pengerjaan siswa tentang perkiraan apa yang dapat mereka beli dengan uang jajan yang mereka miliki.


Pertanyaan dikembangkan dengan meminta kepada mereka untuk membuat variasi jenis barang atau makanan yang lain yang bisa mereka beli. Dalam hal ini mereka juga bisa mengerjakannya dengan baik.

Selanjutnya, siswa diberikan soal-soal kontekstual terkait uang yang akan dijawab per individu. Selama mengerjakan soal, banyak dari siswa yang aktiv bertanya untuk meyakinkan apakah jawaban mereka benar atau salah. Sebagian besar mereka bisa menentukan hasil akhirnya dengan perhitungan yang mereka pahami dari penggunaan uang dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya Rp 3.000,00 ditambah Rp 700,00 adalah Rp 3.700,00. Mereka bisa menjawab ini dengan menghitung langsung dari berdasarkan pemahaman mereka tentang uang. Ada juga yang menghitungnya dengan jari. Akan tetapi ketika mereka diminta untuk menjumlahkannya dalam bentuk matematika seperti penjumlahan bersusun, banyak dari mereka yang tidak bisa. Berikut ini gambar soal dan hasil pengerjaan siswa.

Dari hasil jawaban siswa, terlihat bahwa rata-rata siswa telah mampu memahami soal yang berkaitan dengan uang. Mulai dari jenis mata uang, hingga perhitungan yang menuntut mereka untuk berfikir aktif dan kreatif dalam pembelanjaan uang. Seperti halnya pada soal terakhir, siswa diminta membuat daftar barang-barang yang bisa mereka beli dengan uang Rp.20.000,- berdasarkan daftar harga barang yang tersedia dalam kotak.

Untuk mengetahui pemahaman siswa terkait penjumlahan bersusun dari sejumlah nominal uang, siswa diminta untuk maju ke depan kelas untuk mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. Sebagian mereka ada yang sudah bisa, sebagian yang lain belum. Bagi siswa yang belum mengerti mereka diberi beberapa penjelasan dari guru kelas dan observer.  Dari sini, bagi siswa yang tetap mengalami kesulitan dengan konsep penjumlahan bersusun pada operasi hitung matematika, mereka dapat menggunakan cara mereka sendiri bagaimana menyelesaikan masalah yang uang dengan mengaitkannya pada apa yang telah mereka pahami tentang penggunaan uang dalam jual beli. Berikut ini gambar siswa yang sedang berlatih penjumlahan bersusun di depan kelas.

KESIMPULAN

Dari hasil observasi ini, dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa mampu mengerjakan soal-soal yang berhubungan dengan uang dengan cara mengaitkannya dengan pemahaman mereka tentang uang yang mereka lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka juga bisa melakukan perhitungan uang dengan cepat melalui penggunaan jari atau perhitungan langsung dalam pemikiran mereka. Tetapi mereka masih kesulitan untuk mengerjaka soal yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan nominal uang dalam bentuk pengerjaan formal seperti penjumlahan atau pengurangan bersusun.

Operasi Hitung Campuran (II)

LAPORAN OBSERVASI DI SD MUHAMMADIYAH I PALEMBANG (LAPORAN KE-7)

PENGANTAR

Observasi pada kesempatan kali ini adalah kelanjutan dari observasi pada minggu sebelumnya. Pada minggu sebelumnya operasi hitung campuran diajarkan dengan menggunakan media berupa kertas yang diberi gambar seperti lubang congklak serta sedotan yang dipotong-potong yang berfungsi sebagai bidak congklak. Berdasarkan hasil pada observasi pada minggu lalu, siswa dapat mengunakan media yang diberikan, akan tetapi kebanyakan dari mereka masih belum mampu mengaitkan antara aktivitas yang mereka lakukan dengan operasi hitung pada matematika dengan kata lain mereka masih sulit untuk menuliskan bentuk matematika dari apa yang mereka kerjakan. Beberapa kelompok yang bisa mengaitkan dengan konsep matematikanya juga masih kesulitan dalam menuliskannya pada lembar kerja, meskipun sebenarnya mereka memahami dan mengetahui proses memperoleh jawaban dari soal. Berdasarkan data tersebut, materi hitung campuran dilanjutkan kembali pada observasi kali ini. Media yang digunakan tetap menggunakan prinsip dasar permainan congklak, tetapi dikembangkan dengan mendesain alat peraga yang lebih menyerupai papan congklak. Adapun yang dijadikan sebagai bidak congklak adalah kerikil.

TUJUAN

Untuk mengetahui apakah media yang menggunakan prinsip bermain congklak bisa membantu siswa dalam memahami operasi hitung campuran.

PERTANYAAN OBSERVASI

Apakah media yang digunakan pada observasi kali ini bisa membantu siswa dalam memahami konsep operasi hitung campuran?

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada observasi ini, siswa diberikan soal-soal yang berisi permasalahan terkait operasi hitung campuran. Permasalahan yang diberikan berbeda dengan yang diberikan pada minggu sebelumnya. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, siswa dapat menggunakan bantuan alat peraga yang menyerupai congklak seperti pada gambar berikut ini.

Karena minggu sebelumnya siswa pernah belajar dengan bantuan media yang juga menggunakan prinsip dasar congklak, pada aktivitas minggu ini siswa lebih mudah menggunakan alat peraga yang ada. Alat peraga yang digunakan pada minggu ini juga lebih menarik siswa karena mirip dengan congklak yang sebenarnya. Berikut ini gambar lembar permasalahan yang diberikan kepada siswa serta jawaban dari beberapa kelompok yang ada.

Dari hasil penelitian pada kesempatan kali ini, salah satu permasalahan pada minggu sebelumnya juga masih ditemui pada minggu ini, yaitu siswa kesulitan dalam menuliskan apa yang telah mereka pahami dalam bentuk tulisan di lembar kerja. Akan tetapi, terdapat perkembangan pada pemahaman mereka tentang operasi hitung campuran yaitu kebanyakan dari mereka sudah bisa mengaitkan antara aktivitas yang mereka lakukan dengan konsep operasi hitung campuran. Juga masih ada beberapa kelompok yang kesulitan dalam menuliskan apa yang mereka pahami. Dalam hal ini guru dan pengobservasi membantu dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang bisa mengarahkan siswa untuk bisa menuliskan bentuk matematika dari apa yang mereka lakukan dengan menggunakan congklak. Siswa di dalam kelompoknya bekerja sama dengan teman-temannya dalam mengerjakan soal. Selain itu, dari hasil pengamatan terlihat bahwa siswa bertukar ide dengan temannya bagaimana cara menjawab soal yang ada ke dalam bentuk matematika. Mereka telah mampu menuliskan penyelesaiannya dalam bentuk angka, walau ada beberapa kelompok yang keliru dalam penulisannya. Hal ini merupakan sebuah peningkatan dibandingkan dengan minggu sebelumnya. Sebagaimana pada minggu sebelumnya, beberapa kelompok dipanggil ke depan kelas untuk menjelaskan hasil jawaban mereka. Dari sini, siswa yang lain bisa membandingkan dengan hasil jawaban mereka dan jika ada yang memiliki jawaban berbeda diminta untuk menuliskan di papan tulis dan menjelaskan pula bagaimana mereka mendapatkannya. Setelah soal-soal dipresentasikan oleh beberapa orang siswa, pembelajaran di kelas dilanjutkan dengan pemberian soal-soal kontekstual terkait dengan permasalahan sehari-hari yang melibatkan operasi hitung campuran.

KESIMPULAN

Congklak yang sudah dikenal oleh sebagian besar siswa dapat digunakan sebagain media dalam menanamkan konsep tentang operasi hitung campuran. Hal ini karena dalam permainan congklak terdapat aktivitas yang melibatkan pengambilan (melibatkan operasi pengurtangan) dan penambahan (melibatkan operasi penjumlahan) bidak congklak pada papan congklak. Selain itu juga ada kaitannya dengan perkalian dan pembagian yaitu pada saat siswa harus mengisikan sejumlah bidak congklak pada papan congklak dan menghitung banyaknya bidak congklak yang ada pada papan congklak. Kesulitan yang masih dialami beberapa siswa adalah dalam hal menuliskan bentuk matematika dari aktivitas yang mereka lakukan. Akan tetapi mereka memahami operasi hitung apa yang telah mereka lakukan dan mereka bisa menjelaskannya secara lisan.

Operasi Hitung Campuran (1)

LAPORAN OBSERVASI DI SD MUHAMMADIYAH I PALEMBANG (LAPORAN KE-6)

PENGANTAR

Materi hitung campuran di kelas III SD melibatkan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Untuk itu pemahaman siswa akan konsep penjumlahan, pengurangan, perkalian dan perkalian akan membantu siswa dalam memahami tentang operasi hitung campuran. Konsep-konsep tersebut sebelumnya telah diajarkan baik dikelas sebelumnya maupun pada awal pembelajaran di kelas III. Meskipun siswa telah memahami tentang penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, tidak semua siswa dapat memahami dengan baik konsep operasi hitung campuran. Mereka masih kesulitan untuk menentukan bilangan yang akan dioperasikan terlebih dahulu. Berdasarkan hal ini, observasi yang akan dilakukan pada kesempatan kali ini adalah mencari media yang bisa digunakan untuk membantu pemahaman siswa tentang konsep hitung campuran. Adapun media yang akan diujikan dalam pembelajaran ini adalah penggunaan alat peraga yang menggunakan prinsip bermain congklak. Pemilihan media berupa papan congklak ini dikarenakan congklak adalah salah satu permainan tradisional Indonesia dan dimainkan hampir diseluruh daerah di Indonesia, sehingga congklak bukanlah hal yang baru bagi siswa. Siswa telah mengerti bagaimana memainkannya dan aturan permainannya. Diharapkan dengan digunakannya congklak dalam pembelajaran matematika, siswa menjadi lebih bersemangat dan senang dalam belajar matematika. Observasi menggunkan papan congklak ini direncanakan dilakukan dalam dua kali pertemuan, minggu ini dan minggu selanjutnya. Pada minggu ini, tidak digunakan media congklak secara langsung, tetapi digunakan kertas yang diberi gambar seolah-olah seperti papan congklak dan menggunakan sedotan warna-warni yang dipotong-potong yang seolah-olah sebagai bidak congklaknya. Adapun pada minggu selanjutnya akan digunakan media yang dibentuk seperti papan congklak dan bidak congklak.

TUJUAN

Untuk mengetahui apakah media yang menggunakan prinsip bermain congklak bisa membantu siswa dalam memahami operasi hitung campuran.

PERTANYAAN OBSERVASI

Apakah media yang digunakan pada observasi kali ini bisa membantu siswa dalam memahami konsep operasi hitung campuran?

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembelajaran dikelas tentang hitung campuran diawali dengan memberikan pertanyaan kepada siswa apakah mereka mengenal permainan congklak dan apakah mereka pernah memainkannya. Sebagian besar mereka menjawab mereka pernah memainkannya. Selanjutnya dipanggil seorang siswa untuk memperagakan bagaimana bermain dengan menggunakan prinsip pada bermain congklak. Siswa tersebut diminta untuk memasukkan dan mengambil potongan-potongan sedotan pada kertas yang diberi gambar lubang-lubang seperti papan congklak. Berikut ini gambar media yang seolah-olah sebagai papan congklak dan bidak congklak.

Lebih lanjut, siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa. Setiap kelompok diberikan permasalahan terkait operasi hitung campuran yang menjawabnya dengan menggunakan bantuan media yang ada. Pembagian kelompok pada pertemuan kali ini memang dirancang berbeda oleh guru. Kelompok dibuat berbanjar dengan tujuan siswa yang senang keluar-masuk dan berkeliaran dalam kelas akan tertahan karena terhalang oleh kursi temannya dan siswa menjadi lebih konsentrasi dalam belajar dalam kelompoknya.

Siswa tidak diberi tahu tentang materi pada kesempatan kali ini. Melalui media yang menggunakan prinsip bermain congklak, siswa diharapkan dapat mengaitkan permasalahan yang ada dalam lembar kerja dengan operasi hitung campuran. Permasalahan yang ditampilkan dalam Lembar Kerja Siswa adalah permasalahan dalam bentuk cerita yang sebenarnya sudah sering mereka alami sendiri. Berikut ini beberapa gambar yang memuat permasalahan dan jawaban siswa pada lembar kerja mereka:

Dari hasil jawaban mereka dan diskusi dengan beberapa kelompok, siswa masih membutuhkan penjelasan tentang apa yang harus mereka lakukan. Mereka belum mengerti jika apa yang dilakukan pada permasalahan 1 berkaitan dengan permasalahan selanjutnya. Oleh karenanya beberapa kelompok melakukan perhitungan yang memberikan hasil yang berbeda. Setelah dijelaskan mereka bisa mengerti. Sebagian kelompok memberikan jawaban yang melibatkan operasi hitung campuran, yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Mereka juga bisa menjelaskannya dengan baik. Sebagian kelompok yang lain, mereka bisa mengaitkannya dengan operasi hitung pada matematika, tetapi kesulitan dalam menuliskannya dalam bentuk tulisan. Mereka hanya bisa menyampaikannya lewat lisan dan membutuhkan bimbingan dalam menuliskannya di lembar penyelesaian. Adapun kelompok yang lain, mereka masih kesulitan mengaitkannya dengan operasi hitung pada matematika. Mereka hanya menjawab berdasarkan bidak congklak yang terdapat pada papan congklak. Tidak bisa mengaitkan jika permasalahan yang ada melibatkan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.

Kelompok yang bisa mengaitkan aktivitas yang mereka lakukan dengan operasi hitung campuran diminta untuk mempresentasikan di depan kelas. Mereka masih agak ragu-ragu untuk melakukannya, sehingga butuh dimotivasi dan dibimbing. Dengan pertanyaan-pertanyaan bantuan dari guru kelas dan pengobservasi akhirnya mereka bisa menjelaskan kepada siswa yang lain dengan bahasa mereka sendiri.

Saat presentasi di depan kelas, siswa telah mampu menjelaskan apa yang telah mereka kerjakan keada teman mereka. Beberapa siswa yang tampil ke depan kelas untuk presentasi telah mampu menuliskan jawaban mereka dalam bentuk formal. Mereka mampu mengubah bentuk soal cerita yang ada ke dalam bentuk angka-angka. Kelompok yang lain diminta untuk memberikan tanggapannya. Dari tanggapan mereka, tampak bahwa banyak siswa yang mulai mengerti tentang keterkaitan aktivitas yang mereka lakukan di kelas dengan konsep operasi hitung campuran. Akan tetapi banyak dari mereka yang masih kesulitan untuk menuliskannya dilembar kerja. Mereka juga belum mengerti bagaimana mengelompokkan operasi yang harus dilakukan terlebih dahulu, dan yang dilakukan kemudian. Mereka masih mengerti sebatas menentukan hasil akhirnya dengan menggunakan media yang menggunakan prinsip bermain congklak. Namun, pada saat ditanyakan bagaimana cara mereka memperolehnya, sebagian siswa masih terlihat susah mengungkapkan idenya secara matematis. Mereka mengungkapkan apa yang telah mereka kerjakan sesuai dengan petunjuk soal dan kemudian memeperoleh hasil dari langkah akhir yang terdapat dalam soal.

KESIMPULAN

Media yang digunakan pada penelitian ini, yaitu media yang didasarkan pada prinsip bermain congklak, padat membantu siswa dalam menyelesaikan permasalahan terkait operasi hitung campuran. Akan tetapi kebanyakan siswa masih mengalami kesulitan dalam mengaitkan permasalahan yang ada dengan operasi hitung campuran. Mereka bisa menyelesaikan permasalahan yang ada hanya berdasarkan berapa banyak bidak congklak atau lubang congklak yang ada setelah mereka memasukkan atau mengambil bidak congklak. Dalam hal ini mereka menghitung langsung apa yang ada di kertas yang berfungsi sebagai papan congklak, tanpa melibatkan bagaimana operasi matematikannya. Pembelajaran operasi hitung campuran ini akan dilanjutkan pada pertemuan selanjutnya agar tujuan yang diharapkan dari penelitian dapat tercapai.